Pengalaman Guru yang Terbaik

Friday, January 10, 2014


Bab 7
Kalimat yang Komunikatif

Komunikasi merupakan proses penyampaian informasi atau pesan dari komunikator (pembicara) kepada komunikan (pendengar) melalui sarana berbahasa baik lisan maupun tulisan. Tanpa kita sadari bahwa untuk berkomunikasi dengan teman/guru, kita harus pintar dalam memilih kata agar proses komunikasi berjalan lancar. Sebaliknya bila kita tidak mengucapkan kalimat yang tidak komunikatif, hal-hal yang tidak diinginkan dapat terjadi, seperti tidak tersampaikan maksud yang ingin diungkapkan dan muncul kesalahpahaman misalnya tidak boleh menyingung SARA (Suku, Agama, Ras, dan Antargolongan). Kalimat-kalimat tersebut dapat dipahami oleh pendengar agar nantinya mendapatkan respons berupa jawaban atau tanggapan yang sesuai. Untuk mencapai komunikasi yang baik dan lancar, kalimat yang disampaikan harus efektif dan komunikatif.
Kalimat yang baik harus memenuhi persyaratan sebagai berikut.
(1). Tidak menyimpang dari kaidah bahasa
            Kaidah bahasa diartikan sebagai aturan/pedoman yang harus dipatuhi oleh seorang pembicara untuk menyampaikan ide kepada lawan bicaranya. Secara tertulis, kaidah berbahasa biasanya berpedoman yaitu ejaan bahasa Indonesia atau EYD (Ejaan Yang Disempurnakan).
            Dalam hal ini, unsur suprasegmental menjadi bagian yang penting karena unsur suprasegmental terdapat intonasi, jeda, tekanan, maupun lafal. Coba bayangkan bila dalam suatu komunikasi lisan tidak ada unsur suprasegmental?
(2). Logis atau dapat diterima nalar
            Penalaran merupakan suatu proses berfikir untuk menghubungkan data dan fakta yang ada sehingga sampai pada suatu kesimpulan. Penalaran yang benar dapat menghasilkan kesimpulan yang benar dan penalaran yang salah menghasilkan kesimpulan yang salah.
Jenis-jenis penalaran
(3). Jelas dan dapat menyampaikan maksud atau pesan dengan tepat (Ketersampain pesan)
Pesan dapat tersampaikan bila sarana yang digunakan untuk menyampaikannya tepat dan situasinya mendukung. Selain itu, antara pembicara dengan lawan bicara harus saling memahami kode-kode yang digunakan (misalnya bahasa daerah). Salah satu syarat membentuk kalimat komunikatif adalah kalimat yang tersusun secara efektif. Kalimat efektif adalah kalimat yang dapat mewakili pikiran penulis atau pembicara secara tepat sehingga pendengar/pembaca dapat memahami pikiran tersebut dengan mudah dan jelas. 

Contoh kalimat tidak efektif
Kalimat tidak efektif
Kesalahan
  • a.     Pada perayaan HUT RI ke-63 di sekolahku dimeriahkan para artis ibu kota.
  • b.     Sekolah kami yang terletak di depan Pasar Baru
  • c.      Kami datang agak terlambat. Sehingga kami tidak dapat mengikuti acara pertama.
  • d.     Mahasiswa perguruan tinggi yang terkenal itu menerima hadiah
  • e.     Tolong yang membawa HP harap dimatikan
  • a.     Subjek didahului kata depan


  • b.     Predikat didahului yang

  • c.      Pemakaian kata penghubung tidak tepat

  • d.     Ambigu (makna ganda)


  • e.     Salah nalar


Kalimat efektif
  • a.     Perayaan HUT RI ke-63 di sekolahku dimeriahkan para artis ibu kota
  • b.     Sekolah kami terletak di depan Pasar Baru
  • c.      Kami datang agak terlambat sehingga kami tidak dapat mengikuti acara pertama
  • d.     1) Mahasiswa perguruan tinggi yang terkenal itu menerima      hadiah (yang terkenal adalah perguruan tinggi)
          2) Mahasiswa yang terkenal di perguruan tinggi itu menerima hadiah (yang terkenal adalah mahasiswa)
  • e. Tolong HP yang dibawa harap dimatikan

Kalimat yang Komunikatif, tetapi tidak Cermat
               Dalam proses komunikasi sering kita temui kalimat yang ditulis atau diucapkan tidak terlalu mengindahkan tata bahasa atau gramatikal. Artinya, kemungkinan dalam penyusunan kalimat banyak terjadi kesalahan atau kurang cermat, namun dapat dipahami karena memang sudah terbiasa didengar atau diucapkan. Namun, tetap saja ketidakcermatan penyusunan kalimat tidak menjamin terjadinya komunikasi yang efektif. Oleh sebab itu, kita harus memahami kriteria kalimat yang kurang cermat.  Ketidakcermatan kalimat dapat ditinjau dari beberapa segi berikut.
1. Ketidaklengkapan unsur-unsurnya
               Sebuah kalimat jika tidak lengkap unsur-unsurnya apalagi unsur tersebut seharusnya ada menjadi tidak berarti. Di dalam kalimat, terdapat minimal dua unsur, yaitu subjek dan predikat. Kalimat yang seharusnya memiliki unsur jabatan tersebut lalu secara tersurat tak terungkap membuat kalimat menjadi rancu.Contoh:
a.Dilengkapinya perpustakaan dengan koleksi buku remaja menjadikan bertambahnya para pengunjung perpustakaan sekolah. (Kalimat ini tidak menjelaskan siapa yang melengkapi perpustakaan.  Artinya, kalimat ini tidak menyertakan siapa pelakunya atau subjek kalimatnya.)
b. Dengan bersemangat Pak guru menceritakan kepada anak-anak muridnya agar mereka dapat mengambil hikmah.Kedua kalimat ini juga janggal. Keterangan aspek seperti akan, belum, telah, masih, sedang, dan sebagainya tidak boleh disisipkan pada kata kerja pasif yang berupa ikatan erat antara subjek kata kerjanya.Perhatikan perbaikannya berikut ini:
c. Selanjutnya akan saya berikan kekurangannya setelah pekerjaan selesai.
d. Jadi, harus kita sukseskan pilkada tahun ini.

3. Penggunaan unsur-unsur kalimat yang berlebihan
               Ketidakcermatan kalimat juga dapat dilihat dari penggunaan unsur kalimat yang berlebihan. Unsur yang berlebihan itu dapat berupa penggunaan kata yang sama artinya atau pemakaian kata tugas yang tidak perlu.Contoh:
a. Para ibu-ibu sedang mengikuti penyuluhan hidup sehat dan bersih.
b. Di dalam tubuhnya terdapat banyak virus-virus yang membahayakan.
c. Remaja harus mengetahui akan bahaya narkoba.
d. Bagi siswa yang mengisi acara pensi harap segera menghubungi panitia.
Kalimat pertama dan kedua berlebihan dalam hal pemakaian kata para dan banyak yang menunjukkan makna jamak. Maka, kata berikutnya tidak perlu diulang. Kalimat ketiga dan keempat tidak perlu memakai kata tugas akan dan bagi. Jadi, kalimat yang benar ialah:
a. Para ibu sedang mengikuti penyuluhan hidup sehat dan bersih.
b. Di dalam tubuhnya terdapat banyak virus yang membahayakan.
c. Remaja harus mengetahui bahaya narkoba.
d. Siswa yang mengisi acara pensi harap segera menghubungi panitia.

4. Pilihan kata tidak tepat
Ketidakefektifan atau ketidakcermatan penyusunan kalimat juga dapat disebabkan karena pilihan kata tidak tepat. Hal ini dapat dipengaruhi oleh bahasa sehari-hari atau pengaruh bahasa asing.  Selain itu, ketidakpahaman terhadap arti sebuah kata menyebabkan penggunaan kata tersebut tidak tepat.Contoh
a.Kepada yang pernah ke gunung ini pasti akan merasakan dinginnya udara di sini.
b.Kenikmatan mie buatannya menggemparkan warga sekitarnya.
c.Rumahnya besar sendiri dibandingkan rumah-rumah tetangganya. 
            Kalimat pertama terdapat ketidakcocokan antara kata pernah dan akan. Kata pernah menunjukkan sudah dilakukan, bertentangan dengan kata akan yang baru atau belum dialami. Seharusnya kata akan diganti dengan sudah. Kata depan kepada juga sebaiknya dihilangkan.  Kalimat kedua ketidaktepatan pada kata menggemparkan. Kata ini berkonotasi negatif yang berarti membuat panik. Padahal kenikmatan adalah suatu kesenangan dan dalam hal ini berkaitan dengan urusan rasa. Maka, frasa yang tepat adalah membuat takjub. Kalimat ketiga kata besar sendiri dipengaruhi bahasa daerah gede dewe, yang tepat adalah paling besar. Jadi, perbaikannya
a. Mereka yang pernah ke gunung ini pasti sudah merasakan dinginnya udara di sini.
b. Kenikmatan mie buatannya membuat takjub warga sekitarnya.
c. Rumahnya paling besar dibandingkan dengan rumah-rumah tetangganya.

C. Kalimat yang Cermat, tetapi tidak Komunikatif
            Kalimat yang disampaikan oleh pembicara secara lisan atau penulis secara tertulis mungkin saja telah sesuai dengan kaidah bahasa, namun jika penyampaiannya tidak lugas dan padat, dapat menyulitkan komunikan untuk memahaminya. Sebuah kalimat dapat saja penyusunannya sudah cermat tapi tidak komunikatif. Hal ini dapat terjadi karena hal-hal berikut ini. 

1. Kalimat terlalu luas atau berbentuk kalimat majemuk kompleks
.Kalimat yang terlalu luas atau panjang dapat mengaburkan maksud yang sebenarnya dari kalimat tersebut. Meskipun penyusunannya tidak menyalahi kaidah gramatikal, namun karena kata yang dipergunakan banyak dan bercabang, dapat menyebabkan pesan yang dikandungnya jadi tidak dapat ditangkap secara utuh.:
a.. Karena dalam kurikulum itu bidang studi Bahasa Indonesia mendapat tempat yang teratas berdasarkan alokasi waktu yang disediakan untuk pelajaran Bahasa Indonesia, yaitu 8 jam pelajaran seminggu, sedangkan untuk bidang studi yang lain berkisar dari 2 sampai dengan 6 jam seminggu, pelajaran
b Bahasa Indonesia dianggap sangat penting dalam rangka mencapai pendidikan nasional berdasarkan Pancasila, yaitu untuk meningkatkan ketaqwaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa, kecerdasan, keterampilan, mempertinggi budi pekerti, memperkuat kepribadian, dan mempertebal semangat kebangsaan.Bahasa Indonesia yang oleh Sumpah Pemuda pada 28 Oktober 1928 diakui sebagai bahasa nasional dipakai di seluruh Indonesia, di daerahdaerah yang berbeda-beda latar belakang kebahasaan, kebudayaan, kesukuan, dan di dalam lapisan masyarakat yang berbeda-beda pula latar belakang pendidikannya
               Dua contoh kalimat di atas merupakan kalimat luas atau panjang karena terdapat klausa-klausa perluasan subjek dan predikat. Uraian kalimat yang terlalu luas itu sulit dicerna jika disampaikan secara lisan, dan juga harus dibaca lebih dari sekali untuk memahaminya dalam bentuk tulisan. Kalimat dapat diperpendek agar lebih mudah dan cepat dipahami dalam bentuk berikut ini.
a. Dalam kurikulum itu, bidang studi Bahasa Indonesia mendapat tempat teratas, yaitu 8 jam pelajaran seminggu, sedangkan untuk bidang studi yang lain berkisar 2 sampai 6 jam seminggu. Karena itu, pelajaran Bahasa Indonesia dianggap penting dalam rangka mencapai pendidikan nasional berdasarkan Pancasila, yaitu untuk meningkatkan ketakwaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa, kecerdasan, keterampilan, mempertinggi budi pekerti, memperkuat kepribadian, dan mempertebal semangat kebangsaan
b. .Bahasa Indonesia yang dalam sumpah Pemuda telah diakui sebagai bahasa nasional dipakai di seluruh Indonesia yang memiliki keragaman bahasa, budaya, suku, dan lapisan masyarakat yang berbeda-beda latar belakang pendidikannya.

2. Kalimat yang terperinci namun pengertiannya secara umum sudah diketahui
Kalimat yang cenderung panjang kemungkinan dibebani dengan penjelasan yang harus terperinci. Namun, adakalanya kalimat dapat panjang karena menggunakan keterangan yang tidak perlu. Keterangan tersebut secara umum sudah diketahui oleh pendengar atau pembaca. Dengan kata lain, penjelasan tersebut dapat diganti dengan kata yang sepadan tetapi lebih hemat.Contoh:
a. Hari ini, Rudi menggunakan baju dengan kerah pendek yang biasa orang pakai untuk salat di masjid.
b. Andi memasukkan angin ke dalam ban sepeda agar ban itu kembali dapat dijalankan.
Kalimat di atas terlalu panjang dan tidak efektif. Kedua kalimat di atas dapat diganti dengan kalimat berikut.
a. Hari ini, Rudi memakai baju koko.
b. Andi memompa ban sepedanya agar dapat jalan lagi.

3. Kalimat tidak logis
            Kalimat yang disampaikan secara cermat juga dapat tidak komunikatif karena tidak logis. Kalimat seperti ini dapat menyebabkan salah penafsiran sehingga menimbulkan pemahaman dan tanggapan yang berbeda.Contoh:
a. Dengan mengucapkan puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa,
b. Pemenang terbaik ke-2 akan mendapatkan voucher belanja seharga 2 juta rupiah.
Kalimat pertama memang tidak logis karena tidak mungkin dengan mengucapkan puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa dapat membuat karya tulis selesai. Kalimat kedua tidak logisnya pada kata terbaik. Makna kata terbaik adalah paling baik, jadi tidak ada terbaik kedua. Kalimat di atas dapat diperbaiki menjadi:a. Penulis mengucapkan puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa karena karya tulis ini dapat penulis selesaikan. Atau Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa karena penulis dapat menyelesaikan karya tulis ini. b.Pemenangke-2akan mendapatkan voucher belanja seharga 2 juta rupiah.

D. Menggunakan Kalimat yang Efektif dan Santun
               Dalam komunikasi, bukan hanya penyampaian kalimat yang efektif dan komunikatif yang harus diperhatikan, tetapi juga kesantunan dalam berbahasa. Kalimat yang santun lebih ditujukan untuk penghormatan kepada mitra bicara atau komunikan. Penyampaian kalimat memang harus tetap efektif, cermat, dan komunikatif juga bernilai rasa bagus dan santun.  Untuk menyampaikan kalimat yang santun, harus dipertimbangkan pula penggunaan kosakata baku dan pilihan kata yang sewajarnya serta tidak berkonotasi kurang baik. Dengan kalimat yang efektif dan santun, tanggapan yang muncul dari mitra komunikasi juga akan berkesan baik..
Perhatikanlah contoh kalimat di bawah ini
.1a. Agar kami dapat memberikan nilai pada pekerjaan Saudara, kami perlu data pribadi Saudara.
Bandingkan dengan:
1b. Agar kami dapat mengevaluasi pekerjaan Saudara, kami membutuhkan data pribadi Saudara.2a. Yang kami tahu selama ini, belum ada siswa yang dikeluarkan karena kasus narkoba.
Bandingkan dengan
2b. Sepengetahuan kami, belum ada siswa yang dikeluarkan karena kasus narkoba.
3a. Setelah membaca surat Saudara tertanggal 4 Juli 2007 dengan nomor surat 122/PC-3/2007, maka kami kirimkan surat balasan...
Bandingkan dengan:
3b. Menjawab surat Saudara tertanggal 4 Juli 2007, Nomor 122/PC-03/2007, kami sampaikan bahwa...
4a. Untuk menyambut tamu yang kita hormati, kami harap hadirin berdiri.
Bandingkan dengan:
4b. Untuk menyambut tamu kehormatan kita, kami mohon kesediaan hadirin untuk berdiri.
5a. Kami ucapkan mohon maaf yang sebesar-besarnya atas kelalaian kami tersebut.Bandingkan dengan:
5b. Kami menyampaikan permohonan maaf atas kelalaian kami tersebut.
Kalimat b lebih terasa santun daripada kalimat a.


Referensi
Iskak, Ahmad dan Yustinah. 2008. Bahasa Indonesia tataran Semenjana. Jakarta: Erlangga
Tim MASTER (Modul Acuan Siswa Terampil). Tanpa tahun. Bahasa Indonesia. Klaten: TIM AVIVA
http://mgmpbinsmk.blogspot.com/2012_11_01_archive.html